Impresi: Lelaki Harimau

lelaki-harimau

“Bukan aku,” kata Margio tenang dan tanpa dosa. “Ada harimau dalam tubuhku.”

Saya masih ingat sensasi yang pertama kali saya rasakan ketika membaca paragraf pembuka novel karya Eka Kurniawan ini. Seketika badan saya membeku dan mata saya langsung terbuka lebar-lebar. Begitulah kiranya pembuka yang ditawarkan Eka Kurniawan: lugas dan tangkas. Mengutip pendapat The New York Times, Kurniawan mengungkapkan pembunuh dan korbannya dalam satu kalimat di awal novel. Saya belum pernah menemukan model pembuka novel semacam itu di novel-novel lain, bahkan dalam novel misteri sekalipun.

Lelaki Harimau bercerita tentang Margio, seorang pemuda yang membunuh tetangganya, Anwar Sadat, dengan cara paling bengis dan primitif. Tetapi bukan pembunuhan itu yang menjadi center novel ini, melainkan kilasan-kilasan balik para tokoh yang mengakibatkan terjadinya pembunuhan tersebut. Novel ini bukan novel macam Poirot atau Holmes yang termasuk jenis crime novel. Lelaki Harimau sama sekali tidak peduli pada sudut pandang kriminalitas—ia hanya melihat lewat kaca mata psikologis para tokohnya.  Continue reading “Impresi: Lelaki Harimau”